Seiring demam batu, nampaknya mengilhami Taufik Ismail, Tokoh Sastrawan Indonesia. Melalui puisinya berjudul Zaman batu, Taufiq menyerukan perlawanan terhadap para koruptor. Puisi tersebut dibacakan pertama kali di Kampus UI, salemba dalam event "Kampus Bergerak Selamatkan KPK". Taufik Ismail yang merupakan alumni UI di tahun 65 jurusan Fakultas Kedokteran Hewan. Beliau menceritakan bahwa perjuangannya di tahun 65 lebih ringan ketimbang tahun 2015 . Acara yang berlangsung di UI Salemba ini ditujukan kepada pemerintah agar tegas terhadap Koruptor.
“Pada waktu itu, koruptor-koruptor baru sebesar tikus, sebesar tikus, jumlahnya satu regu,” lanjut Taufik Ismail dengan nada geram. “Tahun 15 ini koruptor-koruptor yang sebesar tikus itu kini sebesar gajah. Dulu cuma satu regu, sekarang satu pelewan. Kita lawan!” serunya. Berikut Puisi Taufiq Ismail " Zaman batu"
Pantun Zaman batu
Inilah pantun-pantun zaman batu,
Pantun untuk mereka yang berkepala batu.
Lihatlah siluman dan preman bersatu,
Mencuri anggaran dengan bersekutu.
Semua mabuk batu akik batu bacan
Yang bawa senapan matanya mendelik cari sasaran.
Hati-hatilah wahai kalian para cendekiawan.
Hanya karena berpikir waras bisa dikriminalkan.
Tawuran, biasanya hujannya hujan batu
Tawaran, biasanya uangnya uang dolar
Jika akhirnya polisi dan koruptor bersatu
Harus dilawan biarpun pangkatnya Jenderal.
Hujan emas di negeri orang
Panen rejeki hatinya girang.
Presiden bilang kriminalisasi dilarang,
Tapi bawahannya tetap membangkang.
Hujan akik di negeri sendiri,
Hidup tercekik sudah menjadi ciri.
Presiden mimpi jadi bangsa mandiri,
Eh, import komoditi tetap jadi mainan menteri.
Hakim jujur bisa kehilangan palu,
Hakim lucu dengkulnya berotak batu.
Jika koruptor ketawa-ketiwi tak lagi punya malu,
Alumni perguruan tinggi harus mengganyang dan bersatu.
(Taufik Ismail)
0 komentar:
Posting Komentar