Mitos "Kinggae" Dibalik Batu Siklop Papua


Batu siklop banyak ditemukan diseputar mata air yang mengalir dari Pegunungan siklop. Batu ini banyak ditemukan oleh warga dalam bentuk bulatan sebesar kepalan tangan. Warna batu tersebut cukup beragam dari merah, hijau, kuning, hitam, ada juga yang putih. Nama batu Siklop/cyclops berasal dari kata (bahasa Yunani: Κύκλωπες) artinya makhluk bertubuh raksasa yang hanya memiliki satu mata (mitologi Yunani). Karena melihat Pegunungan yang memisahkan daratan dan lautan ini bentuknya menyerupai raksasa, maka saat Tentara Kolonial Portugis masuk ke wilayah ini tepatnya di desa Ormu (disebelah Utara), maka Pegunungan dinamakan Cycloops. 
Pegunungan cycloops dikenal juga dengan sebutan Dobong Solo atau Dofonsoro/Dafonsero yang berarti gunung ibu. Gunung Siklop adalah representasi dari air susu ibu. Ibu yang dengan setia memberikan air kehidupan kepada manusia. Pegunungan yang memiliki tujuh puncak dan satu air terjun besar di lembah Sentani, kini telah ditetapkan menjadi cagar alam sejak Tahun 1995.
Oleh karena hal tersebut, bagi penduduk sekitar nama Cycloop atau Dobong Solo mempunyai makna yang berarti daerah atau hutan air (bahasa Sentani). Penduduk sekitar danau sentani mendapat berkah dari gunung berupa limpahan air yang banyak. Oleh karena itu masyarakat sekitar mengkeramatkan gunung tersebut.
Seiring dengan waktu maraknya demam batu akik yang sedang booming, batu siklop menjadi batu yang diburu banyak orang. Bahan mentahnya batu siklop dijual di Papua sekitar Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta, tergantung tingkat kekristalannya. Jika sudah diolah, batu ini berkilau sehingga dipasarkan dengan harga antara Rp 1 juta hingga Rp 15 juta, tergantung kadar kristalnya.
Selain karena keindahan warnanya, batu jenis obsidian ini juga memiliki mitos sebagai batu pendatang rejeki. Karena dianggap batu yang mendapat limpahan berkah dari gunung Siklop, maka banyak disebut juga batu ini "batu air susu ibu".
Sebutan itu muncul karena Gunung Siklop memiliki banyak mata air yang mengalir ke Danau Sentani. Sehingga, warga sekitar melarang perburuan batu akik di gunung ‎tersebut, bahkan untuk memasukinya saja dibutuhkan ritual khusus. Jika batu itu diambil, warga sekitar percaya akan mendatangkan kemalangan. Hal itu yang membuat batu Siklop sangat langka di pasaran, bahkan material mentahnya pun sulit didapat saat mencarinya di gunung.
Suku Sentani percaya dengan adanya mitos ”kinggaei” adalah tuan tanah atau semacam penunggu di gunung siklop.Kinggaei-lah yang bekerja siang malam memberikan air kepada seluruh orang Sentani, seluruh tanah dan tanaman di wilayah Sentani. Kinggaei juga memberi kesejukkan kepada orang sentani di siang hari. Sebab, sekalipun matahari panas terik, wilayah Sentani terasa sejuk bagai tinggal di ruangan full air conditioner (full AC). Itulah hal yang pernah terjadi dan dialami orang dari Suku Sentani pada jaman dulu.
Orang sekitar Danau Sentani mempercayai batu Siklop mengandung Kekuatan gaib atau oleh warga disebut phulo. Batu ini bisa digunakan untuk menundukan air, api, hewan dan roh-roh halus lainnya untuk melaksanakan perintah tuan yang punya hak kekuatan dan kekuasaan atas benda tertentu.
Saat ini oleh penduduk sekitar telah dilakukan pelarangan untuk mencari batu Siklop, karena lokasi batu tersebut merupakan tanah keramat tempat bersamayamnya "kinggae". Soal kebenarannya tergantung pribadi masing-masing.
Share on Google Plus

About mshlehuddin

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar